Outline dan pewarnaan dikerjakan oleh Kayla, 8 th
Wednesday, October 14, 2009
Wednesday, July 9, 2008
Rasa Takut
Belum lama ini, saya mengajak keluarga pergi ke Dino Live ! Ya, hitung-hitung piknik liburan sekolah buat anak saya. Saat saya ajak si sulung untuk melihat Dino tadinya dia agak takut, karena sepengetahuan dia, dinosaurus adalah binatang yang buas. Jadi dipikirnya, dinosaurus itu bisa menggigitnya. Wah, kalo memang dino yang ada di senayan beneran, saya mungkin akan berpikir sejuta kali untuk mengajak keluarga. Tapi dengan beberapa kali penjelasan yang masuk nalarnya, saya berhasil membujuknya ikut. Yes !
Berangkatlah kami sekeluarga. Ketika hampir sampai, si sulung masih antusias dengan robot dinosaurus yang akan disaksikannya itu. Tatkala kami sampai ke pintu masuk, tiba-tiba si sulung mengurungkan niatnya. O o ada apa ini ? pikir saya. Saya dan istripun segera mengeluarkan berbagai jurus untuk membujuk si sulung untuk masuk. Tak mempan juga. Si sulung tampaknya takut untuk masuk. Sementara si sulung tak beranjak di depan pintu masuk, sang adik enak-enakan bermain loncat-loncatan di bangunan dari balon gas. Si sulung mogok dan mulai berurai air mata. Wah bagaimana ini ? Untunglah, saya pergi bersama mertua yang kemudian berbaik hati mau menemani venue di sebelah. Akhirnya, cuma kami bertiga yang masuk menikmati robot-robot makhuk pra sejarah yang datang ke Senayan selama sebulan.
Rasa takut ada banyak bentuknya. Ada yang rasional, ada juga yang tidak. Kalau ketakutannya sudah berlebihan tentang suatu hal, itu namanya Phobia. Kita semua punya rasa takut, tidak memandang apakah kita sudah dewasa, atau masih kecil sekalipun. Tetapi ketakutan yang rasional dan termanajemen dengan baik bisa menjadi self defense yang baik. Misal, banyaknya kejadian penculikan anak membuat para orang tua membekali anak-anaknya untuk tidak mudah menerima ajakan atau permen dari orang asing. Ini adalah rasa takut yang termanajemen dengan baik.
Saya cuma berharap, semoga rasa takut si sulung cuma sementara saja. Semoga, seiring dengan waktu, dia bisa menjadi anak yang berani menghadapi apapun dan siapa pun di dunia ini dan menjadi pemimpin yang berani, disegani tapi juga islami, seperti Umar bin Khattab. Seperti doa yang saya titipkan ke dalam namanya : Khalifa (dari kata Khalifah, yg artinya pemimpin).
Berangkatlah kami sekeluarga. Ketika hampir sampai, si sulung masih antusias dengan robot dinosaurus yang akan disaksikannya itu. Tatkala kami sampai ke pintu masuk, tiba-tiba si sulung mengurungkan niatnya. O o ada apa ini ? pikir saya. Saya dan istripun segera mengeluarkan berbagai jurus untuk membujuk si sulung untuk masuk. Tak mempan juga. Si sulung tampaknya takut untuk masuk. Sementara si sulung tak beranjak di depan pintu masuk, sang adik enak-enakan bermain loncat-loncatan di bangunan dari balon gas. Si sulung mogok dan mulai berurai air mata. Wah bagaimana ini ? Untunglah, saya pergi bersama mertua yang kemudian berbaik hati mau menemani venue di sebelah. Akhirnya, cuma kami bertiga yang masuk menikmati robot-robot makhuk pra sejarah yang datang ke Senayan selama sebulan.
Rasa takut ada banyak bentuknya. Ada yang rasional, ada juga yang tidak. Kalau ketakutannya sudah berlebihan tentang suatu hal, itu namanya Phobia. Kita semua punya rasa takut, tidak memandang apakah kita sudah dewasa, atau masih kecil sekalipun. Tetapi ketakutan yang rasional dan termanajemen dengan baik bisa menjadi self defense yang baik. Misal, banyaknya kejadian penculikan anak membuat para orang tua membekali anak-anaknya untuk tidak mudah menerima ajakan atau permen dari orang asing. Ini adalah rasa takut yang termanajemen dengan baik.
Saya cuma berharap, semoga rasa takut si sulung cuma sementara saja. Semoga, seiring dengan waktu, dia bisa menjadi anak yang berani menghadapi apapun dan siapa pun di dunia ini dan menjadi pemimpin yang berani, disegani tapi juga islami, seperti Umar bin Khattab. Seperti doa yang saya titipkan ke dalam namanya : Khalifa (dari kata Khalifah, yg artinya pemimpin).
Tuesday, July 8, 2008
Bersyukur
Beberapa minggu yang lalu saya mengalami kecelakaan di daerah Cawang. Persisnya, dekat sebuah gedung yang paling dibenci oleh para bandar 'gedek-gedek' di Indonesia yaitu BNN alias Badan Narkotika Nasional. Saya yang lagi naik motor berangkat menuju kantor (satu bangunan sama pusat perbelanjaan langganan para sosialita Jakarta) tiba-tiba ditabrak dari belakang. Gubrak ! dan jatuhlah saya. Tapi alhamdulillah nya, motor cuma beset sedikit. Begitu juga dengkul saya, sedikit lecet. Adegan setelah kejadian tabrakan tidak seru lagi. Tidak ada adegan marah yang berapi-api. Tidak ada pukul-pukulan kayak di film laga. Pokoknya, jauhlah dari adegan sinetron yang sering saya buatkan promonya di TV. Setelah sedikit beradu argumen tentang siapa yang salah, akhirnya masing-masing dari kita pergi begitu saja.
Sesaat setelah kejadian itu, saya cuma berpikir, saya masih di sayang Tuhan (semoga...). Betapa tidak, ini adalah kejadian kedua kalinya saya mengalami kecelakaan di lokasi yang sama. Yang pertama terjadi tahun 2006. Cuma bedanya, dulu saya yang menabrak (hehehe...). Tapi saya tidak merasa bersalah. Gimana gak, lah wong jalanan lurus tiba-tiba motor ojek yang ada di depan saya dengan sembarangan langsung balik arah karena salah jalan. Walaupun sudah ngerem, tetap saja tertabrak. Walhasil motor saya hancur lebur.
Kecelakaan, suka atau tidak suka kita alami. Bagi saya, sudah takdir harus mengalami kejadian seperti itu. Tapi saya masih bersyukur. Sampai sekarang masih sehat wal afiat. Masih bisa bekerja. Masih bisa menulis blog (woiii.... KERJA !).
Hidup ini memang sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Kalau saya berangkat kerja pergi ke kantor, memang ada resiko yang harus siap ditanggung. Resiko kecelakaan di jalan, resiko ketiban lampu di studio, resiko di marahin bos, dll. Kalaupun kita di rumah tidur-tiduran saja di kamar dengan AC yang semilir, jangan pernah berpikir kita tidak mungkin mengalami musibah. Hari ini, sebuah pesawat kargo AS jenis Boeing 747 milik Kalitta Air yang berbasis di Michigan jatuh di Bogotta India menimpa sebuah rumah. Tiga orang korban tewas yakni penghuni rumah.
Saat ini saya pikir kita cuma perlu banyak bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini dan berharap, semoga hidup kita memberi manfaat bagi kita dan orang-orang di sekitar kita.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,... (Ibrahim :7)
Sesaat setelah kejadian itu, saya cuma berpikir, saya masih di sayang Tuhan (semoga...). Betapa tidak, ini adalah kejadian kedua kalinya saya mengalami kecelakaan di lokasi yang sama. Yang pertama terjadi tahun 2006. Cuma bedanya, dulu saya yang menabrak (hehehe...). Tapi saya tidak merasa bersalah. Gimana gak, lah wong jalanan lurus tiba-tiba motor ojek yang ada di depan saya dengan sembarangan langsung balik arah karena salah jalan. Walaupun sudah ngerem, tetap saja tertabrak. Walhasil motor saya hancur lebur.
Kecelakaan, suka atau tidak suka kita alami. Bagi saya, sudah takdir harus mengalami kejadian seperti itu. Tapi saya masih bersyukur. Sampai sekarang masih sehat wal afiat. Masih bisa bekerja. Masih bisa menulis blog (woiii.... KERJA !).
Hidup ini memang sudah digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Kalau saya berangkat kerja pergi ke kantor, memang ada resiko yang harus siap ditanggung. Resiko kecelakaan di jalan, resiko ketiban lampu di studio, resiko di marahin bos, dll. Kalaupun kita di rumah tidur-tiduran saja di kamar dengan AC yang semilir, jangan pernah berpikir kita tidak mungkin mengalami musibah. Hari ini, sebuah pesawat kargo AS jenis Boeing 747 milik Kalitta Air yang berbasis di Michigan jatuh di Bogotta India menimpa sebuah rumah. Tiga orang korban tewas yakni penghuni rumah.
Saat ini saya pikir kita cuma perlu banyak bersyukur atas apa yang kita miliki saat ini dan berharap, semoga hidup kita memberi manfaat bagi kita dan orang-orang di sekitar kita.
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,... (Ibrahim :7)
Friday, July 4, 2008
Monday, June 30, 2008
The Changchuters, Label & Musik Indonesia
Belum lama aku (kayaknya mulai sekarang kata "aku atau saya" akan menggantikan kata "gue". Biar lebih meng-Indonesia. semoga konsisten) garap The Changcuters dalam rangka kerjaan kantor. Sempat ngobrol2 dg Tria, vokalisnya The Changcuters. So far, orangnya asik. Mungkin kalo lagi di depan umum, kesan yg terlihat mereka semua ngocol2 dan gak ada seriusnya. Tapi pas aku ajak ngobrol agak serius, ternyata enak juga.
Obrolan kita sih ngalor ngidul. Jujurnya, udah agak2 lupa kita ngobrolin apa. Tapi secara umumnya sih, kita ngobrolin soal dunia musik di Indonesia.
Dari obrolan itu aku semakin tahu (karena sebelumnya sudah pernah tahu, tapi sekarang jadi lebih tahu... walah !) kalo sebetulnya dunia rekaman sudah berbeda dari dunia rekaman sebelumnya. Penyanyi / band saat ini terikat dengan label gak hanya saat rekaman aja, tapi sudah semakin jauh ke penampilan off air.
Aku yakin banyak yg udah tahu kalo pembagian keuntungan antara artis dan label dg pola royalti untuk penjualan album. Tapi sekarang sudah jauh berkembang. Semaraknya RBT alias ring back tone menjadi lahan baru bagi para label, menutupi kerugian penjualan album kaset dan CD.
Pihak label juga mendapat keuntungan jika artis di bawah naungannya banyak manggung di acara2 off air. Ada sistem persentase dari nilai kontrak. Jadi semakin sering tuh artis manggung, semakin banyak juga keuntungan yg didapat sama label. Hmmm, kasian juga ya penyanyi & band2 Indonesia (walau aku yakin seyakin yakinnya gak bakalan bikin itu artis jadi miskin. Paling2 cuma memperlambat bikin kaya raya aja).
Sebetulnya masih banyak sih yg mau ditulis. Tapi berhubung udah malam, ya kita teruskan di lain kesempatan aja ya. Cheriooo...
Subscribe to:
Posts (Atom)